Indonesia, sebagai negara kepulauan yang terletak di Cincin Api Pasifik, menghadapi risiko bencana alam yang tinggi sepanjang tahun. Gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, banjir, dan badai tropis menjadi ancaman rutin bagi jutaan penduduk. Namun, selain menghancurkan infrastruktur dan menyebabkan korban jiwa, bencana alam juga meninggalkan satu masalah besar yang sering terlupakan: limbah dan puing-puing dalam jumlah besar.
Setiap bencana besar menghasilkan volume limbah 5 hingga 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan limbah rumah tangga harian. Jika tidak segera ditangani, tumpukan puing ini dapat mengganggu pemulihan pascabencana, mencemari lingkungan, menghambat akses darurat, bahkan membahayakan kesehatan masyarakat. Maka dari itu, dibutuhkan sistem pengelolaan limbah pascabencana yang tidak hanya cepat dan efisien, tetapi juga cerdas dan berkelanjutan.
Mengapa Kita Perlu Pendekatan “Smart” dan “Sustainable”?
Dalam studi yang dilakukan oleh Y.A. Fatimah, R. Murniningsih, A. Setiawan, dan M. Aman, ditekankan bahwa pengelolaan sampah pascabencana harus melampaui metode tradisional. Sistem yang dibutuhkan adalah sistem yang terintegrasi, adaptif, dan berbasis data, serta memperhatikan empat pilar utama: pemerintahan, ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Pendekatan ini mencakup:
- Teknologi Cerdas, Menggunakan sensor, drone, atau pemetaan digital untuk mengidentifikasi lokasi dan jenis limbah.
- Sirkularitas, Limbah tidak hanya dibuang, tetapi dikonversi menjadi material bernilai seperti bahan bangunan daur ulang.
- Keterlibatan Masyarakat, Edukasi dan pelibatan komunitas lokal dalam proses pemilahan dan pemanfaatan kembali limbah.
- Respons Cepat dan Terkoordinasi, Pemerintah daerah dan pusat memiliki panduan dan sistem pra-rancang (pre-design system) untuk segera diterapkan saat bencana terjadi.
Belajar dari Data Nyata Bencana di Indonesia
Peneliti mengumpulkan data bencana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memetakan potensi timbulan limbah dari berbagai jenis bencana. Dari situ, mereka mengembangkan kerangka kerja pengelolaan limbah pascabencana yang bisa digunakan oleh pemerintah, lembaga penanggulangan bencana, hingga LSM dan swasta.
Masa Depan Pengelolaan Limbah Pascabencana
Kerangka kerja ini menjadi langkah awal menuju sistem tangguh yang mampu meminimalkan dampak lanjutan dari bencana. Tidak hanya berfokus pada pembersihan, tetapi juga pada pemulihan lingkungan dan masyarakat dengan pendekatan hijau dan digital.
Dalam era perubahan iklim yang membuat bencana semakin sering dan intens, solusi seperti ini tidak hanya relevan, tapi mendesak. Sudah saatnya kita mengelola bencana dengan tidak hanya berpikir cepat, tapi juga cerdas dan berkelanjutan.